Cekrik.com - Ekonom Universitas Indonesia, Faisal Basri, mengingatkan biaya pembangunan Ibu Kota Nusantara atau IKN di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, bisa membengkak dua atau tiga kali lipat dari anggaran awal yang besarnya Rp 466 triliun.
Hal ini karena biaya mitigasi bencana tidak dianggarkan, padahal di bawah IKN ditemukan sejumlah sumur gas dangkal yang bisa menjadi potensi bahaya.
"Ingat, di sana itu banyak sumur gas dangkal. Jika suatu saat muncul api, bisa diselesaikan. Tapi teknologinya mahal," ujar Faisal di Gedung Tempo, Jakarta, Senin, 4 Maret 2024. "Itu belum dihitung."
Potensi gas dangkal di IKN ditemukan Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) pada 2022. Kepala Pusat Air Tanah dan Geologi Tata Lingkungan, Badan Geologi, Kementerian ESDM periode saat itu, Rita Susilawati, mengatakan gas ditemukan saat tim mengecek kondisi bawah permukaan di IKN.
"Kemungkinan kalau tak dimitigasi dari awal, itu memamg membahayakan, kalau lokasinya berada di wilayah inti (IKN), misalnya," kata dia dalam diskusi daring Ikatan Ahli Geologi Indonesia (IAGI), Minggu, 30 Januari 2022.
Potensi gas dangkal ini juga sudah pernah diungkap dalam diskusi kebencanaan terkait IKN pada 14 Agustus 2020 yang dipublikasikan di laman resmi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah atau Bappeda Kalimantan Timur. Bappeda mencatat gas diidentifikasi menggunakan data sumur Tengin-1, Semoi-1, Belonak-1, dan Loa Haur-1.
Efek negatifnya adalah apabila pada suatu saat beban di permukaan bertambah dengan bertambahnya bangunan, dikhawatirkan terjadi keretakan yang dapat menyebabkan munculnya gas ke permukaan dengan tekanan tinggi. Efek positifnya adalah keterdapatan gas ini dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan energi lokal.
Gas dangkal atau biasa disebut gas biogenik dikenal juga sebagai gas rawa terbentuk dari bakteri metanogenik pada lingkungan anaerobik, khususnya pada daerah-daerah yang tingkat sedimentasinya sangat tinggi, demikian dikiutip dari penelitian I Nyoman Astawa dan tim di perairan Delta Mahakam, Kaltim, yang dimuat di jurnal Nliti, 11 Oktober 2016.
Meski dianggap berbahaya, di Cina gas sumur dangkal ini sejak 3 dekade terakhir banyak dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan akan energi gas bagi kepentingan masyarakat luas. Keterdapatan gas dangkal umumnya dijumpai di daerah delta yang terjebak dalam batuan berumur Kuarter pada kedalaman antara 30-70 meter.
Sumber: Tempo